Selamat Datang dan Terimakasih Anda Berkunjung di Blog Kami. Saran dan Kritik Sangat Kami Harapkan Demi Perbaikan Blog Yang Sederhana Ini

Cari Dollar Yuk klik link di bawah ini

Senin, 14 Maret 2011

Ciuman massal di Bali

Omed-omedan, atau sering disebut "med-medan" adalah sebuah tradisi ciuman massal yang dilakukan masyarakat Bali, yaitu tepatnya di Desa Banjar Kaja Sesetan, Denpasar Selatan. Tradisi ciuman massal ini digelar satu hari setelah Hari Raya Nyepi, yang disebut hari "Ngambek Geni".
Tradisi ini digelar di Jalan Raya Sesetan, tepatnya di depan Balai Banjar Kaja Sesetan pada pukul 15:30 WITA. Sebelum acara dimulai, semua peserta terlebih dahulu melakukan sembahyang. Peserta omed-omedan adalah pemuda dan pemudi lajang berusia 17 - 30 tahun dari empat tempekan (kelompok wilayah) Sekaa Teruna Satya Dharma Kerti, Banjar Kaja Sesetan. Jumlah mereka bisa mencapai 200 orang.
Peserta dikumpulkan dan dibagi jadi dua kelompok, perempuan dan laki-laki. Jika petugas sudah memberi tanda, sambil diiringi musik tradisional, kedua anggota kelompok langsung mencari lawan jenis untuk dijadikan pasangan. Mereka saling rangkul dan cium, sementara beberapa anggota dari kedua kelompok berdiri di belakang dan bertugas menarik (omed-omedan) para pasangan tersebut. Anggota yang tidak mau akan dipaksa kelompoknya masing-masing untuk mencium. Sedangkan bagi yang tidak berhenti, petugas akan menyiramkan air sehingga mereka terpaksa menyudahi ciuman tersebut. Bagi sebagian besar peserta omed-omedan, kegiatan ini tidak memunculkan perasaan khusus atau istimewa terhadap pasangan yang dicium. Kegiatan ini hanya bagian pelaksanaan tradisi leluhur.
Menurut cerita masyarakat Banjar Sesetan, tradisi ini merupakan tradisi leluhur yang sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya ritual ini dilakukan di Puri Oka Sesetan yang merupakan sebuah kerajaan kecil pada zaman Belanda. Konon sang raja Puri Oka mengalami sakit keras. Pada hari raya Nyepi, masyarakat Puri Oka menggelar permainan omed-omedan (tarik-menarik) hingga suasana jadi gaduh. Raja yang saat itu sedang sakit pun marah besar. Dengan berjalan terhuyung-huyung, raja keluar dan melihat warganya yang sedang tarik-tarikan sambil berpelukan. Anehnya, setelah melihat adegan itu, tiba-tiba raja tidak lagi merasakan sakit. Sejak saat itu sang raja mengeluarkan titah agar omed-omedan harus dilaksanakan sesudah hari raya Nyepi. Bagi masyarakat Bali, omed-omedan memiliki nilai filosofis. Konsep pertemuan antara laki-laki dan perempuan tersebut diartikan sebagai bentuk keseimbangan dalam alam semesta dan kehidupan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar